Jurnal Penelitian Perikanan - Uji Antibakteri Kitosan dari Kulit Udang Windu (Penaeus monodon) dengan Metode Difusi Cakram Kertas - RINGKASAN : Udang merupakan komoditas andalan sektor perikanan yang menghasilkan limbah yang cukup banyak. Limbah tersebut berpotensi menjadi pencemar lingkungan. Namun disisi lain, limbah udang yang banyak mengandung kitin tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kitosan. Salah satu pemanfaatan kitosan adalah sebagai antibakteri.
Muatan positif kitosan diperkirakan dapat berinteraksi dengan permukaan sel bakteri yang bermuatan negatif, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang dekat dengan kehidupan manusia. Sifat patogen pada beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Pengujian kemampuan antibakteri kitosan terhadap bakteri patogen Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dilakukan dengan mengukur luas zona hambat dan dilanjutkan dengan menentukan KHM (konsentrasi hambat minimum).
Pembuatan kitosan dari kulit udang windu (Penaeus monodon) dilakukan melalui proses demineralisasi menggunakan HCl 1N, deproteinasi menggunakan NaOH 3,5%, depigmentasi menggunakan H2O2 3% dan deasetilasi menggunakan NaOH 50%. Penentuan DD dilakukan dengan analisis FTIR. Dalam pengujian antibakteri ini, kitosan dilarutkan dalam asam asetat, kemudian dilakukan uji antibakteri dengan metode difusi cakram kertas. Zona bening yang terbentuk disekitar cakram diukur diameternya.
Berdasarkan penelitian, kitosan yang dihasilkan mempunyai derajat deasetilasi (DD) sebesar 60,74%. Pengujian antibakteri kitosan memberikan zona hambat (daerah bening), yang menunjukkan bahwa kitosan mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Konsentrasi hambatan minimum (KHM) kitosan terhadap bakteri uji adalah 0,125% dengan luas zona hambat untuk Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus secara berturut-turut adalah 1,5386cm2; 0,1962cm2; 1,6504cm2 dan 1,1876cm2. Perbandingan rata-rata luas zona hambat larutan kitosan 1% terhadap antibiotik tetrasiklin 0,01% pada bakteri Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus berturut-turut adalah 1,6 kali; 0,4 kali; 0,5 kali dan 1,9 kali. Jadi, urutan keefektifan larutan kitosan 1% dalam menghambat pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan antibiotik tetrasiklin 0,01% secara berturut-turut adalah Staphylococcus aureus, Bacillus substilis, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli.
Muatan positif kitosan diperkirakan dapat berinteraksi dengan permukaan sel bakteri yang bermuatan negatif, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme yang dekat dengan kehidupan manusia. Sifat patogen pada beberapa bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Pengujian kemampuan antibakteri kitosan terhadap bakteri patogen Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus, dilakukan dengan mengukur luas zona hambat dan dilanjutkan dengan menentukan KHM (konsentrasi hambat minimum).
Pembuatan kitosan dari kulit udang windu (Penaeus monodon) dilakukan melalui proses demineralisasi menggunakan HCl 1N, deproteinasi menggunakan NaOH 3,5%, depigmentasi menggunakan H2O2 3% dan deasetilasi menggunakan NaOH 50%. Penentuan DD dilakukan dengan analisis FTIR. Dalam pengujian antibakteri ini, kitosan dilarutkan dalam asam asetat, kemudian dilakukan uji antibakteri dengan metode difusi cakram kertas. Zona bening yang terbentuk disekitar cakram diukur diameternya.
Berdasarkan penelitian, kitosan yang dihasilkan mempunyai derajat deasetilasi (DD) sebesar 60,74%. Pengujian antibakteri kitosan memberikan zona hambat (daerah bening), yang menunjukkan bahwa kitosan mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Konsentrasi hambatan minimum (KHM) kitosan terhadap bakteri uji adalah 0,125% dengan luas zona hambat untuk Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus secara berturut-turut adalah 1,5386cm2; 0,1962cm2; 1,6504cm2 dan 1,1876cm2. Perbandingan rata-rata luas zona hambat larutan kitosan 1% terhadap antibiotik tetrasiklin 0,01% pada bakteri Bacillus substilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus berturut-turut adalah 1,6 kali; 0,4 kali; 0,5 kali dan 1,9 kali. Jadi, urutan keefektifan larutan kitosan 1% dalam menghambat pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan antibiotik tetrasiklin 0,01% secara berturut-turut adalah Staphylococcus aureus, Bacillus substilis, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli.
Baca juga Abstrak Jurnal Penelitian Perikanan lainnya:
- Uji Aktivitas Antibakteri Kitosan dari Kulit Udang terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Agar
- Pemanfaatan Limbah Kulit Udang menjadi Edible Coating untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan
- Tingkat Konsumsi Oksigen Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) dan Model Pengelolaan Oksigen pada Tambak Iintensif
- Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa Mororejo Kabupaten Kendal
- Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Pakan terhadap Penampilan Reproduksi Ikan Balashark (Balanthiocheilus melanopterus Bleeker)
- Penggunaan Chitosan dari Cangkang Udang
- Biologi dan Metode Kultur Plankton sebagai Pakan Alami Larva Hewan Air
- Kajian Sistem Manajemen Mutu pada Pengolahan Ikan Jambal Roti di Pangandaran - Kabupaten Ciamis
- Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Pembekuan Udang PT. Istana Cipta Sembada Dengan Menggunakan Diagram Kontrol C
0 Response to "Uji Antibakteri Kitosan dari Kulit Udang Windu (Penaeus monodon) dengan Metode Difusi Cakram Kertas"
Posting Komentar